Aceh Timur, Bersamaberita — Kondisi memprihatinkan terjadi di Jalan Idi - Keude Geureubak, tepatnya di Desa Keude Keumuneng, Kecamatan Idi Tunong - Kabupaten Aceh Timur. Tumpukan sampah yang menggunung di pinggir jalan menjadi pemandangan sehari-hari yang menyesakkan. Meski telah tersedia kontainer sampah besar, penumpukan tetap tak terhindarkan. Limbah rumah tangga, plastik, hingga sisa-sisa organik dibiarkan menumpuk dan menyebarkan bau busuk ke lingkungan sekitar.
Menurut keterangan Aminullah, salah seorang warga Desa Keude Keumuneng yang juga pengguna jalan tersebut, kondisi ini sudah berlangsung cukup lama tanpa ada solusi nyata dari pihak terkait.
“Tong sampah memang ada, tapi kalau pengangkutannya jarang, sama saja bohong. Sampah terus menumpuk, baunya menyengat, apalagi saat panas terik, baunya makin parah. Ini jelas menunjukkan pengelolaan sampah di sini tidak maksimal,” ujarnya dengan nada kesal.
Persoalan tidak berhenti di situ. Jalan yang rusak parah, berbatu kerikil, dan penuh lubang semakin memperburuk situasi. Setiap kali kendaraan melintas, terutama kendaraan besar, debu tebal mengepul dan mengganggu pernapasan warga serta pengendara lain. Tak jarang, pengguna sepeda motor harus ekstra hati-hati agar tidak tergelincir karena jalan yang licin oleh debu dan kerikil.
“Kalau musim kemarau, debunya luar biasa. Anak-anak yang lewat pulang sekolah saja kasihan, penuh debu. Kalau hujan, malah jadi becek dan berbahaya. Seolah-olah jalan ini dibiarkan begitu saja tanpa perhatian serius,” tambah Aminullah.
Jalan Idi - Keude Geureubak bukanlah jalan kecil tanpa arti. Jalur ini merupakan penghubung vital antara Kecamatan Banda Alam dan Idi Rayeuk, pusat pemerintahan Kabupaten Aceh Timur. Arus lalu lintas di jalan ini cukup ramai karena menjadi akses utama bagi masyarakat untuk beraktivitas, baik menuju pusat ekonomi, pendidikan, maupun layanan kesehatan.
Namun ironisnya, peran strategis jalan ini tidak sejalan dengan perhatian dari pemerintah daerah. Tumpukan sampah yang tidak terkelola dengan baik dan kondisi jalan yang rusak parah seakan menunjukkan lemahnya tata kelola lingkungan dan infrastruktur dasar.
Minimnya Keseriusan Pemerintah
Situasi ini mencerminkan adanya kelemahan dalam pengelolaan kebersihan dan pemeliharaan jalan di tingkat kabupaten. Pengangkutan sampah yang tidak terjadwal secara rutin dan minimnya fasilitas pendukung menjadi bukti bahwa manajemen persampahan belum menjadi prioritas utama. Padahal, Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah sudah dengan tegas mengatur tanggung jawab pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah dari hulu ke hilir.
Di sisi lain, kondisi jalan yang dibiarkan rusak dan berdebu tanpa penanganan juga menandakan kurangnya anggaran atau komitmen dalam pembangunan infrastruktur dasar. Padahal, jalan adalah urat nadi ekonomi dan sosial masyarakat.
“Setiap tahun kami mendengar janji-janji perbaikan, tapi kenyataannya tetap seperti ini. Masyarakat hanya dijadikan objek politik saat pemilu, setelah itu dibiarkan menghadapi masalah sendiri,” tegas Aminullah.
Harapan Warga: Pemerintah Jangan Tutup Mata
Warga Desa Keude Keumuneng dan pengguna jalan berharap agar Pemerintah Kabupaten Aceh Timur segera mengambil langkah konkret. Mereka menuntut adanya penjadwalan rutin pengangkutan sampah, peningkatan fasilitas kebersihan, serta perbaikan infrastruktur jalan secara menyeluruh, bukan sekadar tambal sulam.
“Jangan tunggu viral dulu baru bergerak. Ini persoalan lingkungan dan keselamatan, bukan sekadar estetika. Pemerintah seharusnya hadir untuk melayani, bukan sekadar janji manis”, pungkas Aminullah.
Kondisi ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pemerintah Kabupaten Aceh Timur agar tidak terus mengabaikan kebutuhan dasar masyarakatnya. Karena pada akhirnya, pembangunan bukan hanya soal gedung megah, tapi tentang kualitas hidup warga di akar rumput. (Kasi)