Aceh Timur, Bersamaberita - Menjadi seorang anggota polisi bukanlah alasan untuk menutup mata dari derita sesama. Justru, dalam seragam yang dikenakan, terkandung amanah untuk senantiasa hadir bagi rakyat, bukan hanya dalam hal keamanan, tapi juga dalam urusan kemanusiaan. Terlebih lagi, membantu mereka yang lemah adalah tugas mulia di mata manusia dan bernilai tinggi di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada Selasa 1 Juli 2025 Dalam Rangka Hari Bhayangkara tahun 2025, Ipda Irvan Waka Polsek Tanah Jambo Aye menerima penghargaan sebagai Polisi Teladan dari Polda Aceh atas keteladanan, dedikasi, profesionalisme, dan integritas dalam menjalankan tugas sebagai insan Bhayangkara yang diserahkan oleh Wakapolda Aceh, Brigjen Pol. Ari Wahyu Widodo Di Gedung Meuligoe Polda Aceh, Sosoknya dinilai menjadi panutan bagi anggota Polri serta pribadi yang humanis dan inspiratif di tengah masyarakat.
Jejak pengabdian sosial *Ipda Irvan* bermula saat ia bertugas sebagai *Bhabinkamtibmas* di *Polsek Langkahan, Polres Aceh Utara*, tahun 2019. Saat itu, ia menyaksikan betapa sulitnya akses pendidikan bagi anak-anak di dusun pedalaman Sarah Raja, Desa Lubok Pusaka, Kecamatan Langkahan. Dengan kepedulian yang tulus, ia menyediakan sampan untuk membantu anak-anak menyeberangi sungai demi bisa bersekolah di Dusun Sahraja, Pante Bidari, Aceh Timur. Ia juga membangun perpustakaan mini dan menyediakan buku bacaan bagi mereka, sebuah cahaya kecil yang mampu menembus gelapnya keterbatasan.
Bakti sosial tak berhenti di sana. Ia memberikan 100 ekor bibit bebek untuk membantu seorang janda di Desa Leubok Mane. Tak lama berselang, ia juga membeli empat ekor kambing dan menyerahkannya kepada dua janda lanjut usia, Mariani (40) dan Aminah (70), di Desa Tanjong Dalam.
Kepedulian Ipda Irvan terus mengalir. Ia menyampaikan bantuan kepada Asiah (56), seorang ibu penderita kanker ganas di Desa Bantayan. Ia bahkan mengantar langsung seorang anak disabilitas ke RS Cut Meutia Lhokseumawe, membelikan kebutuhan, serta memastikan anak tersebut mendapat perawatan yang layak.
Di tengah pandemi COVID-19, bersama sang istri, ia menyisihkan Rp7.000.000 dari gajinya sendiri untuk membeli sembako yang kemudian disalurkan kepada kaum difabel dan dhuafa terdampak pandemi.
Pada peringatan HUT ke-75 RI tahun 2020, ia melakukan aksi heroik, memanjat tower setinggi 60 meter demi mengibarkan bendera Merah Putih sebagai simbol kecintaan pada tanah air.
Atas dedikasi dan integritasnya, ia mendapat kuota khusus Kapolri untuk melanjutkan pendidikan di Setukpa Lemdiklat Polri tahun 2022. Di tengah kesibukan belajar, ia masih menyempatkan diri untuk membagikan 230 kitab ke tiga pesantren di Aceh Utara dan Aceh Timur, serta membelikan baju lebaran untuk puluhan anak yatim.
Setelah lulus, ia menyumbangkan 250 mushaf Al-Qur’an ke berbagai dayah di Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Pidie Jaya, dan Kota Langsa, hasil dari penggalangan dana yang ia lakukan, ditambah dengan dana pribadinya.
Tak hanya di dalam negeri, nurani kemanusiaannya juga menjangkau Palestina. Ia berhasil menggalang Rp123.770.000 yang disalurkan melalui Global Ihsan Relief Indonesia untuk membantu saudara-saudara kita di tanah suci yang dilanda krisis.
Menjelang lebaran, ia membelikan baju baru untuk 42 anak yatim di pedalaman Aceh Utara dan membagikan zakat kepada 200 kaum dhuafa di Aceh Timur dan Aceh Utara. Ia juga memberikan modal usaha Rp5.000.000 kepada seorang janda sebagai bentuk dukungan ekonomi berkelanjutan.
Setiap bulan, ia rutin memberikan beasiswa sebesar Rp500.000 kepada tiga anak yatim yang menuntut ilmu di pesantren. Saat Ramadhan, ia membagikan air minum kepada anak-anak tadarus di masjid dan meunasah. Pada tahun ajaran baru, ia membelikan baju dan perlengkapan sekolah bagi puluhan anak yatim dan fakir miskin.
Tak lupa, setiap Jumat, ia berbagi ratusan nasi kotak kepada anak tukang becak dan pedagang kaki lima. Ia juga membagikan kitab-kitab ke pesantren dan memberikan es krim gratis untuk para santri dan jemaah shalat Jumat. Saat terjadi bencana kebakaran atau banjir, ia selalu hadir membawa bantuan sembako bagi para korban.
Kisah Ipda Irvan bukan hanya tentang tugas, melainkan tentang pengabdian yang melampaui kewajiban formal, tentang cinta yang nyata pada kemanusiaan. Ia membuktikan bahwa di balik atribut dan seragam, hati yang tulus dan tangan yang ringan membantu adalah yang membuat seorang polisi benar-benar layak disebut pengayom masyarakat. (Kasi)